Sabtu, 24 Maret 2012

My Report semoga bisa membantu..

1.       Judul Praktikum                      : Reaksi Kalium Dhikromat dengan Ferro Sulfat    (FeSO4.7H2O)
2.      Hari/tanggal Praktikum            : Rabu, 04 Januari 2012
3.      Mata Kuliah                            : Kimia Dasar
4.      Praktikum Ke                         : Sepuluh

A.     Tujuan :
ü  Mahasiswa dapat terampil dalam melaksanakan titrasi redoks.
ü  Mahasiswa mampu menghitung perbandingan mol FeSO4 dab mol K2Cr2O7.
ü  Mahasiswa mampu menuliskan reaksi yang terjadi sdelama titrasi.
B.      Prinsip
Kalium Dikromat merupakan senyawa baku untuk dhikrometri lebih stabil di bandingkan KMnO4, larutannya dapat di simpan dalam waktu yang lama tanpa harus khawatir terjadi perubahan konsentrasi agar di simpan pada tempat yang tertutup untuk mencegah penguapan pelarut.
C.      Dasar Teori
Kalium dikromat merupakan zat berkristal jingga kemerahan, mempunyai titik leleh 397 oC, kelarutan dalam air 5 g/100 mL pada 0 oC, dan 102 g/100 mL pada 100 oC. Pembentukan kalium dikromat berdasarkan reaksi oksidasi yang terjadi antara kromium (III) oksida dan kalium hidroksida.

Ciri Kalium dikromat

Kalium dikromat, K2Cr2O7 dengan massa molekul 294,21 g/mol, dimana tersusun atas unsur Cr35,36%; unsur K 26,58%; unsur O 38,07%.  Kristal kalium dikromat berwarna merah jingga, tidak higroskopis, berbeda dengan natrium dikromat.  Kristalnya biasanya berbentuk prisma, sistem kristal triklinik pinacoidal, dan dapat beralih kebentuk monoklinik pada 241,6  o.  Kelarutannya besar yaitu 100 L 65/cu ft; mp 398 o;  panas lebur 29,8 ocal/g; titik didih 62,5 cal/g; titik labil spesifik pada  16o – 98 o.  Kelarutan kalium dikromat di dalam air pada 0o : 4,3 %, 20O : 11,7%, 40O : 29,9%, 60O : 31,3% 80O : 42,0%, 100O : 50,2%.  Pada reaksi dengan asam 1% pH larutan 4,04 dan untuk asam 10% pH larutan yaitu 3,57 (Budavari, 1984).

Reaksi Kalium dikromat

Kalium dikromat  dalam keadaan asam mengalami reduksi menjadi Cr3+
            Cr2O72-  +  H+  +  6e                   2Cr  +  7H2O  E= 1,33V
Karena daya oksidasinya yang lebih kecil, kalium dikromat tidak seluas KMnO4 maupun Ce(IV) penggunaanya.  Hal ini juga disebabkan karena beberapa reaksinya yang lambat.  Namun kalium dikromat berguna sekali karena larutannya stabil tak terhingga, tidak bereaksi dengan inert terhadap Cl, tersedia dengan kemurnian yang sangat tinggi sehingga bermutu sebagai bbp.  Selain itu juga mudah diperoleh dan murah (Harjadi, 1993).

Manfaat Kalium dikromat

Manfaat Kalium dikromat adalah untuk penentuan Fe2+, ion klorida dlm jumlah sedang tidak mempengaruhi titrasi ini.  Penggunaan lain merupakan cara umum utmuk penentuan oksidator yang diberi larutan baku Fe2+ berlebih, disusu, dengan titrasi kembali kelebihan Fe2+ itu, cara ini digunakan dengan hasil baik untuk antara lain nitrat, klorat, permanganat, bikromat dan peroksida organik (Harjadi, 1993).
            Kristal mutu komersial biasa atau mutu bahan baku dapat dipakai untuk banyak keperluan, perlakuan sebelumnya hanya mencakupo pengeringan pada 105o – 200oC.  Bila dikehendaki ketelitian lebih tinggi, bahan dapat dikristal ulang 2-3 kali dari alrutan air biasa dan sudah menjamin dengan hasil mutu tinggi.  Warna Cr2O72- jingga tetapi tidak cukup igunakan sebagai petunjuk tititk akhir titrasi.  Diperlukan indikator luar, suatu indikator redoks, yaitu suatu zat yang dapat dioksidasi/direduksi dan warna sebagi akibat reaksi tersebut.  Dengan perkataan lain, bentuk oksidator redoks berbeda warna.  Auantuk titrasi Fe2+ dengan Cr2O72- dipakai indikator asam difenilamin sulfonat.  Perubahan warnanya ialah dari hijau (ion Cr3+) menjadi violetnya indikator yang teroksidasi (Harjadi, 1993).
Kalium dikromat adalah suatu senyawa yang mempunyai kegunaan luas bagi kehidupan kita sekarang ini.  Contoh dari penggunaaan kalium dikromat yang umum kita jumpai yaitu pada industri penyamakan kulit, bahan celup untuk lukisan, hiasan pada porselin, percetakan, photolithography, warna print, bahan untuk petasan, bahan pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, jalan, spon, dan untuk baterai serta depolarisator pada sel kering.
Namun dibalik itu semua kalium dikromat juga mempunyai pengaruh negatif terutama bagi internal tubuh manusia. Pengaruh negatif itu diantaranya yaitu merupakan bahan racun, untuk orang yang bekerja diindustri dapat menyebabkan nanah, koreng pada tangan, merusak atau menghancurkan selaput lendir dan sekat pada lubang hidung.  Untuk itu dalam percobaan ini kita mencoba mengetahui cara pembentukan kalium bikromat dari kromium (III) oksida dan kalium hidroksida. Sehingga diharapkan dari situ kita bisa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya dan kita belajar banyak tentang keselamatan kerja di laboratorium karena telah kita ketahui bersama efek negatif dari kalium dikromat.
Kalium dikromat dapat bersifat racun pada manusia terutama pada bagian internal tubuh.  Merupakan bahan racun, untuk orang yang bekerja di industri dapat menyebabkan nanah, koreng pada tangan, merusak/menghancurkan selaput lendir, dan sekat pada lubang hidung (Budavari, 1984).
Penggunaan lain dari kalium dikromat antara lain pemyamakan pada kulit, bahan celup pada lukisan, hiasan pada porselin, percetakan, photolithography, warna print, bahan untuk petasan, bahan pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, lajan, spon, dan untuk baterai, serta depolarisator pada sel kering (Budavari, 1984).

Titrimetri
Titrimetri adalah suatu cara analisis yang berdasarkan pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya secara teliti (titran/penitar/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan sampel yang akan ditetapkan kadarnya.
Dalam hal ini terdapat dua jenis bahan baku, yakni:
1.      Bahan baku primer, digunakan untuk menetapkan standarisasi bahan baku sekunder. Ditempatkan sebagai titrat.
2.      Bahan baku sekunder, yang ditetapkan normalitasnya dengan bahan baku primer. Ditempatkan sebagai titran.
Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut juga titrasi, yaitu larutan penitar diteteskan setetes demi setetes ke dalam larutan sampel sampai tercapai titik akhir. Berdasarkan jenis reaksi yang terjadi pada pelaksanaan titrasi, maka titrasi dapat dibagi sebagai berikut:
a)      Reaksi metatetik, yaitu suatu reaksi berdasarkan pertukaran ion tanpa adanya perubahan bilangan oksidasi. Jenis titrasi yang termasuk reaksi metatetik, yaitu:
1.      Titrasi asam-basa
Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi, yaitu reaksi asam dan basa yang dapat dinyatakan:
H+  +  OH-      ->       H2O
Bila larutan asam dengan kepekatan tertentu digunakan sebagai penitar maka titrasi ini disebut asidimetri, sedangkan bila yang diketahui sebagai penitarnya adalah basa, maka titrasi ini disebut alkalimetri.
2.      Titrasi pengendapan (presipitimetri)   
Dasar penitaran pengendapan adalah reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan yang sukar larut. Yang termasuk titrasi golongan ini antara lain argentometri, yaitu penitaran dengan menggunakan AgNO3  sebagai penitar.
3.      Titrasi kompleksometri
            Titrasi kompleksometri disebut juga khelatometri, yaitu pembentukan senyawa rangkai (kompleks) yang mantap dan larut dalam air, bila larutan baku bereaksi dengan kation-kation yang ditetapkan kadarnya. Sampel pereaksi pengkomplek yang banyak digunakan adalah Na-EDTA (Natrium Etilena Diamina Tetra Asetat).

b)      Reaksi redoks, dalam reaksi ini terjadi perpindahan elektron atau perubahan bilangan oksidasi. Jenis titrasi yang termasuk dalam reaksi redoks, antara lain:
1)      Titrasi Permanganatometri
Sebagai penitar dipakai larutan kaliumpermanganat. Dalam lingkungan asam dua molekul permanganat dapat melepaskan lima atom oksigen (bila ada zat yang dapat dioksidasikan oleh oksigen itu.
2 KMnO4 + 3 H2SO4                   K2SO4 + 2 MnSO4 + 3 H2O + 5 O
Karena larutan KMnO4 mempunyai warna tersendiri, maka tidak diperlukan penunjuk (indikator). Titik akhir ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah muda seulas.
2)      Titrasi Iodo/Iodimetri
Yang dimaksud dengan golongan ini adalah penitaran dengan Iod (Iodimetri) atau Iod dititar dengan Natriumtiosulfat (Iodometri). Zat-zat yang bersifat pereduksi dapat langsung dititar dengan yod, sedangkan zat-zat yang bersifat pengoksidasi dalam larutan asam akan membebaskan yod dari KI yang kemudian dititar dengan Natriumtiosulfat. Pada cara titrasi ini digunakan larutan kanji sebagai penunjuk, yang dengan yod akan menghasilkan warna biru.
3)      Serimetri
Sebagai pengoksidasi dipakai larutan Ce(SO4)2.  Serium merupakan zat pengoksidasi yang kuat, yang mengalami reaksi tunggal. Ion serium dipakai dalam larutan yang berkeasaman tinggi karena dalam larutan yang berkonsentrasi hidrogennya rendah terjadi pengendapan akibat hidrolisis. Titrasi ini jarang dipakai karena selain kurang ekonomis juga memerlukan indikator redoks.

4)      Dikromatometri
Sebagai penitar digunakan larutan kaliumdikromat. Penggunaan utama adalah titrasi besi dalam larutan asam. Senyawa Na/Ba-difenilaminasulfonat merupakan indikator yang sesuai bila besi dititrasi dalam suasana asam sulfat-asam fosfat.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi pada penitaran:
·         Reaksi berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan reaksi yang jelas. Dengan demikian semua sampel bereaksi dengan penitar, tidak ada yang tersisa.
·         Reaksi berjalan cepat, reaksi yang cepat akan mempertajam perubahan warna yang terjadi pada titik akhir.
·         Ada indikator yang sesuai.
·         Ada larutan baku.
Berdasarkan jalannya reaksi yang terjadi, titrasi dapat dibedakan atas:
a.    Titrasi langsung (Direct titration), yaitu larutan sampel dapat langsung dititrasi dengan larutan standar/ baku.
b.    Titrasi tidak langsung (Indirect titration), yaitu larutan sampel direaksikan dulu dengan pereaksi yang jumlah kepekatannya tertentu, kemudian hasil reaksi dititrasi dengan larutan  standar/ baku.
c.    Titrasi kembali (Back titration), cara ini dilakukan bila sampel tidak bereaksi dengan larutan baku atau reaksinya lambat. Dalam hal ini ditambahkan zat ketiga yang telah diketahui kepekatannya dan jumlahnya diukur tetapi berlebihan dan kelebihannya dititrasi dengan larutan baku.
d.   Titrasi penggantian (Displacement titration), cara ini dilakukan bila analat atau  unsur yang akan ditetapkan tidak bereaksi langsung dengan larutan baku, tidak bereaksi secara stokiometri dengan larutan baku, dan tidak saling mempengaruhi (not interact) dengan larutan penunjuk.
Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit. Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah.
Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya, diantaranya :
·         Permanganometri
·         Dikromatometri
·         Cerimetri
·         Iodimetri, iodometri, iodatometri
·         Bromometri, bromatometri
·         Nitrimetri
Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai senyawa titran. Karena prinsipnya adalah reaksi redoks, sehingga pastinya akan melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya adalah reduktor, dan kalau titrannya reduktor maka samplenya adalah oksidator.
Banyak aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi redoks memegang peran penting, sepertinya akan menjadi tidak mungkin bisa mengaplikasikan titrasi redoks tanpa melakukan penyetaraan reaksinya dulu. Selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah. Perlu diingat dari penyetaraan reaksi kita akan mendapatkan harga equivalen tiap senyawa untuk perhitungan.
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant (potensiomteri), atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
Indikator titrasi redoks tentunya tergantung dari jenisnya masing-masing dan pastinya berbeda-beda. Ada yang  menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks misalnya ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin. Atau ada juga yang tidak menggunakan indikator seperti permanganometri.
Beberapa Jenis Indikator Pada Titrasi Redoks
1.      Indikator Sendiri
Apabila titrant dan analit salah satunya sudah berwarna, sebagai contoh penentuan oksalat dengan permanganate dimana lautan oksalat adalah larutan yang tidak berwarna sedangkan permanganate berwarna ungu tua, maka warna permanganate ini dapat dipakai sebagai indicator penentuan titik akhir titrasi. Pada saat titik akhir titrasi terjadi maka warna larutan akan berubah menjadi berwarna merah muda akibat penambahan sedikit permanganate. Karena titik akhir titrasi terjadi setelah titik equivalent terjadi (baca: TAT diamati setelah penambahan sejumlah kecil permanganate agar tampak warna merah muda ) maka penggunaan blanko sangat dianjurkan untuk mengkoreksi hasil titrasi pada waktu melakukan titrasi ini. Contoh lain titrasi redoks yang melibatkan indicator sendiri adalah titrasi alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.
2.      Indikator Sendiri
Indikator amilum dipakai untuk titrasi redoks yang melibatkan iodine. Amilum dengan iodine membentuk senyawa kompleks amilum-iodin yang bewarna biru tua. Pembentukan warna ini sangat sensitive dan terjadi walaupun I2 yang ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit. Titrasi redoks yang biasa menggunakan indicator amilum adalah iodimetri dan iodometri.
3.      Indikator Redoks
Indikator redoks melibatkan penambahan zat tertentu kedalam larutan yang akan dititrasi. Zat yang dipilih ini biasanya bersifat sebagai oksidator atau reduktor lemah atau zat yang dapat melakukan reaksi redoks secara reversible. Warna indicator dalam bentuk teroksidasi dengan bentuk tereduksinya berbeda sehingga perubahan warna ini dapat dipakai untuk penentuan titik akhir titrasi redoks. Reaksi indicator dapat dituliskan sebagai berikut: (Inox bentuk teroksidasi dan Inred bentuk tereduksi)
Inox + ne-  <->  Inred
Indikator redoks berubah warnanya pada kisaran potensial tertentu (hal ini analog dengan perubahan indicator asam –basa yang berubah pada kisaran pH tertentu untuk membacanya Anda bisa mengikuti link ini). Jadi jika suatu indicator redoks mengalami reaksi berikut:
Inox + n’H+ +  ne-  <->  Inred  Eo
Syarat Indikator redoks
·         Indikator harus bisa megalami raksi reduksi atau oksidasi dengan cepat.
·         Indikator harus dapat mengalami reaksi redoks reversibel dengan cepat sehingga bila terjadi penumpukan massa titrant atau analit maka sistem tidak akan mengalami reaksi oksidasi atau reduksi secara gradual.
Kalium Dikhromat (K2Cr2O7) bukanlah zat pengoksidasi yang begitu kuat seperti Kalium Permanganat (KMnO4), tetapi ia mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat diperoleh murni, stabil sampai titik leburnya dan karenanya merupakan suatu standar primer yang sangat baik. Larutan standar dengan kekuatan yang diketahui tepat dapat disiapkan dengan menimbang garam keringnya yang murni dan kelarutannya dalam volum air yang sesuai. Lebih jauh larutannya dalam air adalah stabil tanpa batas waktu jika dilindungi dengan memadai terhadap penguapan. Kalium Dikhromat (K2Cr2O7) digunakan hanya dalam larutan asam, dan direduksi dengan cepat pada temperatur biasa menjadi garam Kromium (III) yang hijau. Ia tak direduksi oleh Asam Klorida (HCl) dingin, asalkan konsentrasi asam itu tak melampaui 1 atau 2 Molar.
Larutan-larutan Dikhromat juga kurang mudah direduksi oleh beban organik dibanding larutan-larutan Permanganat dan juga stabil terhadap cahaya. Karena itu, Kalium Dikhromat berharga khusus dalam penetapan besi dalam bijih besi: Bijih besi itu biasanya dilarutkan dalam Asam Klorida, Besi (III) direduksi menjadi Besi (II), dan dititrasi dengan larutan Dikhromat standar.
Cr2072- + 6 Fe2+ + 14 H+ ↔ 2 Cr3+ + 6 Fe3+ + 7 H2O
Dalam larutan asam, reduksi Kalium Dikromat dapat dinyatakan sebagai :
Cr2072- + 14 H+ + 6 e ↔ 2 Cr3+ + 7 H2O
Jadi ekuivalennya adalah seperenam mol, yaitu 294,18/6 atau 49,030 g. Maka suatu larutan 0,1 N mengandung 4,9030 g dm-3.
Warna hijau yang ditumbulkan oleh ion-ion Cr3+ yang terbentuk oleh reduksi Kalium Dikhromat membuat tak mungkin titik akhir suatu titrasi dengan Dikhromat hanya dengan meneliti larutan secara visual sehingga harus digunakan suatu indikator redoks yang memberi perubahan warna yang kuat dan tak bisa disalahtafsirkan. Indikator yang sesuai untuk digunakan dengan titrasi Dikhromat meliputi asam 2 N-Fenilan Tranilat (larutan 0,1 % dalam NaOH 0,005 M) dan Natrium Difenilaminasufonat atau senyawa Na/Badifenilamina Sulfonat (larutan 0,2 % dalam air). Indikator ini hanya digunakan dalam suasana Asam Sulfat-Asam Fosfat.
Kalium dikhromat dalam keadaan asam mengalami reduksi menjadi Cr3+.
Reaksi:
Cr2O72- + 14 H+ + 6 e ↔ 2 Cr3+ + 7 H2O E0=1,33 V
Karena daya oksidasinya lebih sedikit dibanding dengan KMnO4 dan Ce (IV). Maka hal ini menyebabkan reaksi sangat lambat. Akan tetapi, dari sifat K2Cr2O7 larutannya sangat stabil, tidak bereaksi dengan (inert terhadap) Cl-, dengan kemurnian tinggi, mudah diperoleh dan murah.

Penggunaan
Larutan dikromat belum digunakan secara luas. Larutan permanganat atau serium (IV) dalam proedur analitis karena bukan zat pengoksid yang sekuat mereka dan kaerna beberapa reaksinya lambat.
Penggunaan utama adalah dalam titrasi besi dalam larutan asam klorida, karena tidak dijumpai kesulitan dalam hal oksidasi kurang dari 2 M. senyawa akan didifenilalaminasulfonat merupakan indikator yang esuai bila besi dititrasi dalam suasana asam ulfat-asam fosfat. Indikator ini memiliki potensial transisi + 0,85 V dan diokidasi oleh kelebihan dikromat menjadi ungu tua. Warna ini cukup kuat untuk dideteksi dengan mudah bahkan dengan adanya ion kromium (III) yang hijau yang dihasilkan oleh reaksi dikromat selama titrasi. Seperti tersebut di atas, penggunaan utama larutan dikromat adalah titrasi dalam larutan asam klorida. Suatu metode tak langsung untuk penetapan zat pengoksida melibatkan pengolahan sampel dengan besi berlebih yang diketahui kuantitasnya, kemudian menitrasi kelebihan itu dengan dikromat standar. Zat pengoksidai seperti nitrat, hidrogen peroksida, telah ditetapkan dengan titrasi Fe (11) yang dihasilkan, dengan dikromat (Underwood dan Day,  1992).
Kromat logam biasanya adalah zat-zat padat berwarna, yang menghasilkan larutan kuning bila dapat larut dalam air. Kelarutan Kromat dari logam alkali dan dari Kalsium serta Magnesium larut dalam air, stronsium Kromat larut sangat sedikit. Kebanyakan kromat logam-logam lain tidak larut dalam air. Ntrium, Kalium, dan Amonium dikromat lrut dalam air.
Terutama untuk penentuan Fe2+, ion klorida dalam jumlah besar tidak mempengaruhi titar ini. Suatu cara tidak langsung untuk menentukan, oksidasi yang diberi larutan Fe2+ berlebihan kemudian kelebihan dititar dengan Standar Dikhromat. Maka cara ini dipakai untuk penentuan NO3-, ClO3-, H2O2, MnO4- dan Cr2O72-.

D.     Alat dan Bahan
ü  Buret
ü  Neraca
ü  Labu ukur 250,0 Ml
ü  Pipet seukuran 25,0 mL
ü  Batang pengaduk
ü  Gelas kimia
ü  Labu Erlenmeyer
ü  Pipet tetes
ü  Aquadest
ü  H2SO4 4N
ü  FeSO4
ü  K2Cr2O7
ü  Indicator Hemylamine Selfonat


E.      Prosedur Kerja
1.      Timbang + 2,5000 gram FeSO4.7H2O.
2.      Masukkan ke dalam labu ukur 250,0 mL.
3.      Pipet larutan sebanyak 25,0 mL, masukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 20 mL H2SO4 4N.
4.      Lalu, titrasi dengan K2Cr2O7
5.      Catat volume nya, dan hitung perbandingan mol.


F.       Data Pengamatan
ü  Kalium dikromat merupakan zat berkristal jingga kemerahan, mempunyai titik leleh 397 oC, kelarutan dalam air 5 g/100 mL pada 0 oC, dan 102 g/100 mL pada 100 oC.

ü  Aquadest ( FI III,96 )
Nama resmi    : AQUADESTILLATA
Nama lain       : Air suling
RM                  : H2O
BM                  : 18,02
Pemerian        : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau.
Kelarutan        : Larut dalam etanol dan gliserol
Kegunaan        : Sebagai pelarut
Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup rapat

ü  Besi (II) sulfat (FI III,254)
Nama resmi    :FERROSI SULFAS
Nama lain       : Besi (II) sulfat
RM                  : FeSO4
BM                  : 151,90
Pemerian        : Serbuk, putih keabuan ,rasa logam ,sepat
Kelarutan        : Perlahan-lahan larut hamper sempurna dalam air bebas karbondioksida pekat.
Kegunaan        : Sebagai sampel
Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup baik

ü  Gambar hasil pengamatan

Larutan FeSO4
Larutan K2Cr2O7
Larutan FeSO4 + Indikator Hemylamine Selfonat
Larutan FeSO4 setelah di titrasi oleh K2Cr2O7

ü  Tabel Penimbangan FeSO4
Berat alas timbang kosong
0,0034 gram
Berat alas + zat
2,5025 gram
Berat zat
2,4991 gram

ü  Table hasil titrasi (volume K2Cr2O7)
Volume K2Cr2O7
Titrasi ke I
Titrasi ke II
Akhir
4,00 mL
9,01 mL
Awal
0,00 mL
5,00 mL
Pemakaian
4,00 mL
4,01 mL
Rata-rata
= 4,05 mL


G.     Persamaan Reaksi
ü  Reaksi reduksi K2Cr2O7
Cr2O72- + 14 H+ + 6 e ↔ 2 Cr3+ + 7 H2O
ü  Reaksi K2Cr2O7 dengan FeSO4
Cr2O72- + 14H+            + 6e-                        2Cr3+   + 7H2O            x 1
Fe2+                                                 Fe3+            + e-                                x 6
Cr2O72- + 14H+            + 6e-                        2Cr3+   + 7H2O
6Fe2+                                               6Fe3+   + 6e-
Cr2O72- + 6Fe2+           + 14H+                    2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O

H.     Perhitungan

ü  Konsentrasi FeSO4 : 0,0359 M

ü  Mol FeSO4 = Volume Pipet x M FeSO4
       = 25,0 x 0,0359 M
      = 0,8975 Mol


ü  Mol K2Cr2O7 = Volume Liter x Konsentrasi KMnO4
         = 4,00 x 0,01
         = 0,04 Mol

ü  Jadi perbandingan Mol KMnO4 dengan FeSO4 adalah 22: 1

I.        Pembahasan
·         Penggunaan indicator pada saat titrasi berfungsi sebagai petunjuk pada saat titik akhir titrasi.
·         Penggunaan H2SO4 pada saat titrasi bertujuan untuk mempercepat reaksi dan suasana larutan menjadi asam.
·         Warna hijau yang ditumbulkan oleh ion-ion Cr3+ yang terbentuk oleh reduksi Kalium Dikhromat membuat tak mungkin titik akhir suatu titrasi dengan Dikhromat

J.        Kesimpulan
Ø  Titrasi dapat dibagi sebagai berikut:
·         Reaksi metatetik
·         Titrasi Redoks
Ø  Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya, diantaranya :
·         Permanganometri
·         Dikromatometri
·         Cerimetri
·         Iodimetri, iodometri, iodatometri
·         Bromometri, bromatometri
·         Nitrimetri
Ø  Berdasarkan jalannya reaksi yang terjadi, titrasi dapat dibedakan atas:
a.    Titrasi langsung (Direct titration)
b.    Titrasi tidak langsung (Indirect titration)
c.    Titrasi kembali (Back titration)
d.   Titrasi penggantian (Displacement titration)
Ø  Beberapa Jenis Indikator Pada Titrasi Redoks
·         Indikator Sendiri
·         Indikator Sendiri
·         Indikator Redoks
Ø  Titik akhir titrasi akan tergantung pada:
·         Eo
·         pH
Ø  Dari Hasil praktikum ini, maka kami dapat mengetahui perbandingan mol KMnO4 dengan mol FeSO4, yaitu 22 : 1
























K.      Daftar Pustaka
Ø  Anonim. 2009a. Permanganonetri http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009
Ø  Anonim. 2009b. Permanganometri http//-www.medicafarma.com 9 September 2009
Ø  Anonim. 2009c. Permanganonetri praktikum http//-www.rumahkimia.wordpress.com 11 September 2009
Ø  Anonim. 2009d. Permanganonetri http//-www.bolgkita.info.fv 11 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar